Monday 30 May 2011

Tuanku Raja Yusuf Bin Tuanku Raja Ibrahim pewaris sah kerajaan Aceh.

By:Murdani
Kisah cinta Sultan Iskandar Muda dengan permaisurinya Putroe Phang selalu menarik perhatian masyarakat Aceh. Gunongan dan Taman Putroe Phang di Kutaradja merupakan bukti abadi yang lahir dari cinta kasih mereka. Karena cinta  ini pula, keturunan Putroe Phang mencari kembali jejak sultan Aceh.




Pihak berwenang dari Kesultanan Negeri Pahang Malaysia, Kamis (31/3) lalu, yang mengaku sedang mencari pewaris tahta murni kerajaan Aceh atau keturunan terakhir dari Sultan Mahammad Daud Syah.

Untuk menjalankan niat mereka ini, Kesultanan Pahang Malaysia, bahkan langsung mengutus Putrinya yang bergelar Tunku Hajjah Azizah Aminah Maimunah Iskandariah binti Sultan Iskandar Al-Haj untuk ikut bersama rombongan ke Aceh.

Menurut pengurus Kerajaan Pahang, cacatan sejarah mengenai keturunan sultan terakhir Aceh ini dinilai banyak yang sengaja dikaburkan sehingga menyebabkan banyak pihak minim informasi tentang hal tersebut. Selain itu, juga banyak pihak yang mengaku sebagai keturunan raja Aceh yang terakhir.

”Kesultanan Aceh sejak dulu sangat megah. Namun informasi sejarahnya yang kami dapatkan terputus hingga Sultan terakhir Muhammad Daud Syah. Kami tahu, ada keturunan dari Sultan Mahammad Daud Syah. Atas dasar tersebut, kami mencoba mencari tahu soal kebenaran tersebut dan baru kami temukan sekarang,” ungkap kerabat Kesultanan Pahang Malaysia, Tunku Hajjah Azizah Aminah Maimunah Iskandariah binti Sultan Iskandar Al-Haj beberapa waktu lalau di Banda Aceh.

Pada kesempatan tersebut, Putri Pahang menjamu sosok bernama Tuanku Raja Yusuf Bin Tuanku Raja Ibrahim Bin Sultan Mahammad Daud Syah, di ruang pertemuan sebuah hotel. Keduanya kemudian kembali membahas sejarah dan hubungan mesra yang sempat terjalin antara Pahang dengan Aceh.

Menurut putri Sultan Iskandar atau Raja Pahang Malaysia ini, Aceh sebenarnya merupakan sebuah daerah yang kaya akan budaya serta peninggalan sejarah. Salah satunya, adalah gunongan dan taman yang diperuntukan kepada Putroe Phang atau Putri Pahang indatu dari Tunku Hajjah Azizah yang berstatus sebagai Putri Pahang saat ini. ”Makanya saya senang datang ke Aceh karena ada taman yang dibuat khusus di sini,”canda Tunku Hajjah Azizah di sela-sela makan.

Selama seminggu di Aceh, lanjut dia, dirinya menggelar pertemuan dengan sejumlah pihak, termasuk Pemerintahan Aceh. Dan selama seminggu pula, banyak pihak yang mengaku keturunan sultan mencoba jumpai dengannya.

Setelah melalui berbagai pertemuan tersebut, terutama dengan pakar sejarah yang ada di Aceh. Dirinya mengaku baru bisa menyimpulkan siapa keturunan murni dari Sultan Aceh yang terakhir. Sosok tersebut adalah Tuanku Raja Yusuf.

Sosok Tuanku Raja Yusuf adalah cucu murni dari Sultan Muhammad Daud Syah. Namun anehnya, keberadaan sosok ini terkesan sengaja dihilangkan dari cacatan sejarah Aceh. Masyarakat di Aceh seharusnya lebih mengetahui sejarah bangsanya dibandingkan dengan warga luar seperti dirinya. Anehnya lagi, masyarakat Aceh saat ini justru lebih mengenal jabatan Wali Nanggroe ketimbang cucu sultan yang sah.

Kerajaan Aceh dengan Pahang, lanjut dia, memiliki hubungan sejarah yang paling emosional. Hubungan ini tidak hanya terjadi karena perkawinan Sultan Iskandar Muda dengan Putri Pahang. Hubungan Aceh-Pahang sudah terjalin sejak abad ke-16 setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Kerajaan Pahang atau Pahang Darul Makmur merupakan salah satu negara bagian di Malaysia.

Sebagian besar negeri Pahang diselimuti hutan dan sebagian besar Taman Negara terletak dalam negeri Pahang. Pahang merupakan sebuah negeri ber-raja.Wujudnya negeri Pahang adalah sebelum wujudnya kerajaan Melayu Melaka. Pahang mempunyai susur galur tamadun yang panjang, sejak dari zaman pra-sejarah lagi. Dahulunya kerajaan Pahang digelar Inderapura.

Negeri Pahang Darul Makmur ialah sebuah negeri yang terbesar di Semenanjung Tanah Melayu dengan luas 35.515 kilometer persegi. Kemasyhuran dan kehebatan namanya pada masa lalu menjadi rebutan kerajaan yang ada di sekelilingnya. Pada masa ini Pahang adalah negeri di Semenanjung yang terbagi atas sebelas daerah yaitu Kuantan, Pekan, Rompin, Maran, Temerloh, Jerantut, Bentong, Raub, Lipis, Cameron Highlands dan Bera. Sedangkan penduduknya pula terdiri dari berbagai kaum dan bangsa.

Sebenarnya, bagi orang Aceh, negeri Melaka (Malaysia-red) atau kerajaan Pahang khususnya, tidaklah asing. Kerajaan Aceh Darussalam bahkan pernah terlibat dalam perang dengan Portugis selama 130 tahun (1511-1641) hanya untuk membebaskan daerah tersebut dari jajahan Portugis.

Menurut sejarah Malem Dagang, Sultan Iskandar Muda (1607-1636) dengan armada Cakra Donya-nya berhasil membebaskan Sumatra dan Semenanjung tanah Melayu dari penjajahan Portugis dan menjadi bagian dari kerajaan Aceh. Laksamana Malem Dagang berhasil mempersatukan wilayah Sumatra dan Semenanjung tanah Melayu. Disinilah kemudian terbangun kampung etnis melayu di Aceh dan kampung Aceh di Pahang.

Hubungan Aceh dengan Pahang kemudian dilanjutkan pada masa sultan Muhammad Daud Syah. Dimana, disaat ibukota Aceh dipindahkan ke daerah Keumala di Pidie, Sultan Abubakar yang menjadi Raja Pahang pada saat itu, pernah beberapa kali mengirimkan utusan ke wilayah Keumala. Tujuannya, untuk memperkuat hubungan antar kedua kerajaan.

”Selaku keturunan Sultan Abubakar, saya juga ingin kembali memperkuat hubungan dengan Aceh,” tandas perempuan yang memiliki gelar Kebawah Duli Yang Teramat Mulia Tengku Puan Pahang, usai menjelaskan panjang lebar.

Sementara itu, bagi Tuanku Raja Yusuf, diakhir jamuan makan, mengaku dirinya tersanjung dengan keterangan dari Kesultanan Pahang Malaysia. Menurut dia, posisi dirinya dan keluarganya saat ini sangatlah tidak sebanding jika disandingkan dengan keluarga kesultanan Pahang. ”Rakyat Pahang masih mengakui raja mereka. Namun di sini sudah tidak berlaku lagi. Saya ini telah lama menjadi rakyat biasa, bahkan sejak lahir. Saya juga tidak mau mengaku-gaku sebagai keturunan sultan demi mendapatkan kemegahan dan ketenaran. Silahkan saja, orang lain yang mengaku. Tapi, atas kehormatan yang diberikan Kesultanan Pahang Malaysia, saya ucapkan ribuan terimakasih,” ungkap Tuanku Raja Yusuf.

Dalam pertemuan ini juga dihadiri keluarga dari pihak Kerajaan Pahang lainnya dan keluarga dari Tuanku Raja Yusuf, serta didampingi oleh Tuanku Maimun serta Tuanku Aswan, cucu dari Teuku Hasyim Banta Muda yang pernah menjadi Wali Nanggroe sewaktu Sultan Muhammad Daud Syah masih kecil.

Kerajaan Pahang juga mengundang para keturunan Sultan untuk mengunjungi pihaknya dalam waktu yang dekat ini. Namun undangan ini tidak dapat langsung dijawab oleh Tuanku Raja Yusuf. Pasalnya, pria yang berstatus PNS biasa disalah satu dinas tingkat Provinsi Aceh ini mengaku masih memiliki tanggungjawab yang besar pada negara ini. ”Undangan ini sangat memuliakan kami sekeluarga. Kami pasti memenuhi undangan ini, tetapi tidak dalam waktu dekat. Soalnya, saya sekarang adalah abdi negara biasa,” pungkasnya.
Keturunan Sultan dan Rupiah

Sementara itu, Menurut M. Adli Abdullah, mantan Panglima Laut Aceh, yang juga gemar menulis tentang sejarah Aceh, yang hadir dalam pertemuan dua kerabat raja tersebut, mengaku bahwa keberadaan sejumlah pihak yang mengaku keturunan sultan terakhir memang sering terjadi. Faktor ini dikarenakan kemuliaan dan rupiah yang melimpah yang dapat mereka peroleh dengan prilaku tersebut.

”Banyak orang yang mengaku-ngaku sebagai keturunan sultan terakhir dan wali saat ini. Ini semua dilakukan untuk kepentingan politik pihak tertentu yang unjung-unjungnya adalah memperoleh rupiah,” tutur Dosen Fakultas Hukum Unsyiah ini.

Menurutnya, tindakan dari Kerajaan Pahang yang sengaja mencari keturunan murni dari sultan terakhir Aceh adalah suatu hal yang langka. Dimana, cara ini justru tidak pernah dilakukan oleh Pemerintah Aceh sendiri, selaku kaki tangan dari pemerintah pusat di Jakarta.

Selama puluhan tahun, lanjut dia, rakyat Aceh diharuskan hidup ditengah-tengah kebingungan dan ambisi pihak-pihak tertentu yang ingin menguasai daerah ini walaupun harus menghapus cacatan sejarah bangsanya. Faktor ini kemudian berimbas dengan hilangnya pengakuan rakyat terhadap kesultan Aceh, serta beralih ke wali nanggroe. ”Rakyat Aceh seharusnya mengambil contoh dari sikap negeri pahang. Di mana, mereka tidak lupa akan sejarah bangsanya dan sejarah daerah mereka dengan Aceh,” ungkapnya.

Sementara itu, dalam cacatan sejarah Aceh, posisi Wali Nanggroe sebenarnya diperuntukan untuk orang tertentu ketika daerah ini sedang terjadi krisis atau perperangan. Namun ketika Aceh sudah kembali aman seperti sekarang, maka seharusnya posisi wali dengan sendirinya menjadi gugur dan daerah ini dikembalikan pada sultan atau pewarisnya. Namun, yang berlaku di daerah ini, malah sebaliknya sehingga nasibnya kian tidak jelas hingga kini.

Dikutip dari: harian-aceh.com

Kisah cinta Sultan Iskandar Muda dengan permaisurinya Putri Pahang, Malaysia.

Kisah cinta Sultan Iskandar Muda dengan permaisurinya Putroe Phang selalu menarik perhatian masyarakat Aceh. Gunongan dan Taman Putroe Phang di Kutaradja merupakan bukti abadi yang lahir dari cinta kasih mereka. Karena cinta ini pula, keturunan Putroe Phang mencari kembali jejak sultan Aceh.

.

Tunku Hajjah Azizah Aminah Maimunah Iskandariah binti Sultan Iskandar Al-Haj. (Harian Aceh/Murdani)

 Pihak berwenang dari Kesultanan Negeri Pahang Malaysia, Kamis (31/3) lalu, yang mengaku sedang mencari pewaris tahta murni kerajaan Aceh atau keturunan terakhir dari Sultan Mahammad Daud Syah.
Untuk menjalankan niat mereka ini, Kesultanan Pahang Malaysia, bahkan langsung mengutus Putrinya yang bergelar Tunku  Hajjah Azizah Aminah Maimunah Iskandariah binti Sultan Iskandar Al-Haj untuk ikut bersama rombongan ke Aceh.

Menurut pengurus Kerajaan Pahang, cacatan sejarah mengenai keturunan sultan terakhir Aceh ini dinilai banyak yang sengaja dikaburkan sehingga menyebabkan banyak pihak minim informasi tentang hal tersebut. Selain itu, juga banyak pihak yang mengaku sebagai keturunan raja Aceh yang terakhir.

”Kesultanan Aceh sejak dulu sangat megah. Namun informasi sejarahnya yang kami dapatkan terputus hingga Sultan terakhir Muhammad Daud Syah. Kami tahu, ada keturunan dari Sultan Mahammad Daud Syah. Atas dasar tersebut, kami mencoba mencari tahu soal kebenaran tersebut dan baru kami temukan sekarang,” ungkap kerabat Kesultanan Pahang Malaysia, Tunku Hajjah Azizah Aminah Maimunah Iskandariah binti Sultan Iskandar Al-Haj beberapa waktu lalau di Banda Aceh.
Pada kesempatan tersebut, Putri Pahang menjamu sosok bernama Tuanku Raja Yusuf Bin Tuanku Raja Ibrahim Bin Sultan Mahammad Daud Syah, di ruang pertemuan sebuah hotel. Keduanya kemudian kembali membahas sejarah dan hubungan mesra yang sempat terjalin antara Pahang dengan Aceh.

Menurut putri Sultan Iskandar atau Raja Pahang Malaysia ini, Aceh sebenarnya merupakan sebuah daerah yang kaya akan budaya serta peninggalan sejarah. Salah satunya, adalah gunongan dan taman yang diperuntukan kepada Putroe Phang atau Putri Pahang indatu dari Tunku  Hajjah Azizah yang berstatus sebagai Putri Pahang saat ini. ”Makanya saya senang datang ke Aceh karena ada taman yang dibuat khusus di sini,”canda Tunku  Hajjah Azizah di sela-sela makan.
Selama seminggu di Aceh, lanjut dia, dirinya menggelar pertemuan dengan sejumlah pihak, termasuk Pemerintahan Aceh. Dan selama seminggu pula, banyak pihak yang mengaku keturunan sultan mencoba jumpai dengannya.

Setelah melalui berbagai pertemuan tersebut, terutama dengan pakar sejarah yang ada di Aceh. Dirinya mengaku baru bisa menyimpulkan siapa keturunan murni dari Sultan Aceh yang terakhir. Sosok tersebut adalah Tuanku Raja Yusuf.
Sosok Tuanku Raja Yusuf adalah cucu murni dari Sultan Muhammad Daud Syah. Namun anehnya, keberadaan sosok ini terkesan sengaja dihilangkan dari cacatan sejarah Aceh. Masyarakat di Aceh seharusnya lebih mengetahui sejarah bangsanya dibandingkan dengan warga luar seperti dirinya. Anehnya lagi, masyarakat Aceh saat ini justru lebih mengenal jabatan Wali Nanggroe ketimbang cucu sultan yang sah.

Kerajaan Aceh dengan Pahang, lanjut dia, memiliki hubungan sejarah yang paling emosional. Hubungan ini tidak hanya terjadi karena perkawinan Sultan Iskandar Muda dengan Putri Pahang. Hubungan Aceh-Pahang sudah terjalin sejak abad ke-16 setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Kerajaan Pahang atau Pahang Darul Makmur merupakan salah satu negara bagian di Malaysia.
Sebagian besar negeri Pahang diselimuti hutan dan sebagian besar Taman Negara terletak dalam negeri Pahang. Pahang merupakan sebuah negeri ber-raja.Wujudnya negeri Pahang adalah sebelum wujudnya kerajaan Melayu Melaka. Pahang mempunyai susur galur tamadun yang panjang, sejak dari zaman pra-sejarah lagi. Dahulunya kerajaan Pahang digelar Inderapura.

Negeri Pahang Darul Makmur ialah sebuah negeri yang terbesar di Semenanjung Tanah Melayu dengan luas 35.515 kilometer persegi. Kemasyhuran dan kehebatan namanya pada masa lalu menjadi rebutan kerajaan yang ada di sekelilingnya. Pada masa ini Pahang adalah negeri di Semenanjung yang terbagi atas sebelas daerah yaitu Kuantan, Pekan, Rompin, Maran, Temerloh, Jerantut, Bentong, Raub, Lipis, Cameron Highlands dan Bera. Sedangkan penduduknya pula terdiri dari berbagai kaum dan bangsa.

Sebenarnya, bagi orang Aceh, negeri Melaka (Malaysia-red) atau kerajaan Pahang khususnya, tidaklah asing. Kerajaan Aceh Darussalam bahkan pernah terlibat dalam perang dengan Portugis selama 130 tahun (1511-1641) hanya untuk membebaskan daerah tersebut dari jajahan Portugis.
Menurut sejarah Malem Dagang, Sultan Iskandar Muda (1607-1636) dengan armada Cakra Donya-nya berhasil membebaskan Sumatra dan Semenanjung tanah Melayu dari penjajahan Portugis dan menjadi bagian dari kerajaan Aceh. Laksamana Malem Dagang berhasil mempersatukan wilayah Sumatra dan Semenanjung tanah Melayu. Disinilah kemudian terbangun kampung etnis melayu di Aceh dan kampung Aceh di Pahang.

Hubungan Aceh dengan Pahang kemudian dilanjutkan pada masa sultan Muhammad Daud Syah. Dimana, disaat ibukota Aceh dipindahkan ke daerah Keumala di Pidie, Sultan Abubakar yang menjadi Raja Pahang pada saat itu, pernah beberapa kali mengirimkan utusan ke wilayah Keumala. Tujuannya, untuk memperkuat hubungan antar kedua kerajaan.
”Selaku keturunan Sultan Abubakar, saya juga ingin kembali memperkuat hubungan dengan Aceh,” tandas perempuan yang memiliki gelar Kebawah Duli Yang Teramat Mulia Tengku Puan Pahang, usai menjelaskan panjang lebar.
Sementara itu, bagi Tuanku Raja Yusuf, diakhir jamuan makan, mengaku dirinya tersanjung dengan keterangan dari Kesultanan Pahang Malaysia. Menurut dia, posisi dirinya dan keluarganya saat ini sangatlah tidak sebanding jika disandingkan dengan keluarga kesultanan Pahang. ”Rakyat Pahang masih mengakui raja mereka. Namun di sini sudah tidak berlaku lagi. Saya ini telah lama menjadi rakyat biasa, bahkan sejak lahir. Saya juga tidak mau mengaku-gaku sebagai keturunan sultan demi mendapatkan kemegahan dan ketenaran. Silahkan saja, orang lain yang mengaku. Tapi, atas kehormatan yang diberikan Kesultanan Pahang Malaysia, saya ucapkan ribuan terimakasih,” ungkap Tuanku Raja Yusuf.
Dalam pertemuan ini juga dihadiri keluarga dari pihak Kerajaan Pahang lainnya dan keluarga dari Tuanku Raja Yusuf, serta didampingi oleh Tuanku Maimun serta Tuanku Aswan, cucu dari Teuku Hasyim Banta Muda yang pernah menjadi Wali Nanggroe sewaktu Sultan Muhammad Daud Syah masih kecil.
Kerajaan Pahang juga mengundang para keturunan Sultan untuk mengunjungi pihaknya dalam waktu yang dekat ini. Namun undangan ini tidak dapat langsung dijawab oleh Tuanku Raja Yusuf. Pasalnya, pria yang berstatus PNS biasa disalah satu dinas tingkat Provinsi Aceh ini mengaku masih memiliki tanggungjawab yang besar pada negara ini. ”Undangan ini sangat memuliakan kami sekeluarga. Kami pasti memenuhi undangan ini, tetapi tidak dalam waktu dekat. Soalnya, saya sekarang adalah abdi negara biasa,” pungkasnya.

Keturunan Sultan dan Rupiah

Sementara itu, Menurut M. Adli Abdullah, mantan Panglima Laut Aceh, yang juga gemar menulis tentang sejarah Aceh, yang hadir dalam pertemuan dua kerabat raja tersebut, mengaku bahwa keberadaan sejumlah pihak yang mengaku keturunan sultan terakhir memang sering terjadi. Faktor ini dikarenakan kemuliaan dan rupiah yang melimpah yang dapat mereka peroleh dengan prilaku tersebut.
”Banyak orang yang mengaku-ngaku sebagai keturunan sultan terakhir dan wali saat ini. Ini semua dilakukan untuk kepentingan politik pihak tertentu yang unjung-unjungnya adalah memperoleh rupiah,” tutur Dosen Fakultas Hukum Unsyiah ini.
Menurutnya, tindakan dari Kerajaan Pahang yang sengaja mencari keturunan murni dari sultan terakhir Aceh adalah suatu hal yang langka. Dimana, cara ini justru tidak pernah dilakukan oleh Pemerintah Aceh sendiri, selaku kaki tangan dari pemerintah pusat di Jakarta.
Selama puluhan tahun, lanjut dia, rakyat Aceh diharuskan hidup ditengah-tengah kebingungan dan ambisi pihak-pihak tertentu yang ingin menguasai daerah ini walaupun harus menghapus cacatan sejarah bangsanya. Faktor ini kemudian berimbas dengan hilangnya pengakuan rakyat terhadap kesultan Aceh, serta beralih ke wali nanggroe. ”Rakyat Aceh seharusnya mengambil contoh dari sikap negeri pahang. Di mana, mereka tidak lupa akan sejarah bangsanya dan sejarah daerah mereka dengan Aceh,” ungkapnya.
Sementara itu, dalam cacatan sejarah Aceh, posisi Wali Nanggroe sebenarnya diperuntukan untuk orang tertentu ketika daerah ini sedang terjadi krisis atau perperangan. Namun ketika Aceh sudah kembali aman seperti sekarang, maka seharusnya posisi wali dengan sendirinya menjadi gugur dan daerah ini dikembalikan pada sultan atau pewarisnya. Namun, yang berlaku di daerah ini, malah sebaliknya sehingga nasibnya kian tidak jelas hingga kini.[]

16 Anak Tuanku Raja Ibrahim (Pewaris Kerajaan Aceh) apa khabarnya?

*RAJA Aceh terakhir, Sultan ‘Alaidin Muhammad Daud Syah, tahun 1904 dibuang Belanda ke Jakarta.Raja terakhir ini punya seorang anak sulung, calon Putera Mahkota Kerajaan Aceh Raya, Tuanku Raja Ibrahim. Salah satu anggota kerajaan yang masih hidup dan berdomisili di Banda Aceh adalah Tuanku Raja Yusuf dan pernah diundang khusus oleh Mahathir Muhammad (Mantan Perdana Menteri Malaysia).

Oleh T. Syamsul Alam, SE


Ditengah gemerlap pembangunan bumi Serambi Mekah dan Trilyunan Uang yang dikucurkan pemerintah pusat Jakarta baik dari dari dana alokasi umum, dana alokasi khusus juga dana bagi hasil, demikian juga pemerintah Propinsi Aceh yang sibuk mengalokasikan dana yang tidak kunjung bisa dihabiskan setiap akhir tahun Anggaran serta kesibukan anggota dewan membahas qanun ini dan itu tetapi….ada persoalan sejarah yang masih dimarginal baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah Aceh yang juga bangsa Aceh.

Belum ada satupun dari lembaga pemerintah baik yudikatif maupun legislatif yang membicara pahit getirnya hidup keturunan Sultan Aceh yang terakhir, sangat miris dan sungguh memilukan hati. Saat ini keturunan Tuanku Raja Ibrahim hampir tidak bisa hidup layak dan beberapa hidup dibawah garis kemiskinan bahkan memenuhi kebutuhan yang mendasar untuk sehari-hari saja sangat sulit, padahal dulu orang tua mereka berjuang demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat aceh serta hidup diluar istana demi bangsa Aceh. Beginikah Bangsa Aceh sekarang? dengan mudah membunuh sejarah, tidak menghargai apa itu sejarah….., kenapa di daerah lain seperti Jogyakarta mereka bisa menghargai keraton bahkan kesultanan masih eksis sampai sekarang dan didanai oleh pemerintah untuk segala sesuatu keperluan dan biaya operasional kesultanan. Jika kita melihat lebih jauh kita bisa melihat Negara tetangga kita Malaysia, Brunei dan juga lebih jauh lagi Inggris dengan Ratu Elizabetnya mereka lebih maju dan menghargai sejarah dengan mempertahankan kerajaan yang ada dan terus didukung dengan dana.

Begini gambaran hidup beberapa anak Tuanku Raja Ibrahim atau cucu Sultan Muhammad Daud Syah :

1. Tengku Putri Safiatuddin,

- Beliau adalah Putri sulung yang banyak tahu tentang sejarah Tuanku Raja Ibrahim, kini berstatus seorang Janda yang tinggal dirumah panggung kayu bekas yang lapuk bongkaran rumah orang lain, ketika tsunami rumah tersebut miring dan hampir roboh. Jika hujan perkarangan rumahnya banjir dan tergenang air, sangat sangat tidak layak, karena tidak ada perhatian dari pihak – pihak yang mendata untuk pembangunan rumah bantuan tsunami mau tidak mau dia tetap tinggal dirumah tersebut dengan beberapa cucunya, tetapi karena sakit-sakitan dan kondisi rumah yang tidak layak akhirnya seorang anaknya mengajak tinggal bersamanya untuk sementara waktu menunggu beliau sehat kembali. Saat ini beliau hidup dari belas kasihan keluarga dan sedikit bantuan anak-anaknya.

2. Teungku Putri Kasmi Nur Alam,

- Berstatus Janda dan telah meninggal beberapa tahun lalu dan selama hidup tidak pernah mempunyai rumah dan hidup bersama dirumah menantunya. Beliau orang yang sangat setia dan sangat mudah kasihan kepada orang lain meskipun uang tidak cukup untuk diri sendiri tetapi jika ada orang kesusahan minta tolong pasti dibantu uang dan tenaga (mungkin ini menurun dari prilaku Sultan). Jadi meskipun hidup bersama anaknya beliau selalu bisa mandiri untuk memenuhi kebutuhannya seperti ketika ada orang minta tolong memijat dan perawatan lain khusus wanita, beliau mendapat ucapan terima kasih berupa uang dan yang lain tanpa pernah meminta dengan tarif tertentu.

3. Tuanku Raja Zainal Abidin,

…..?

4. Tengku Putri Rangganis,

- Berstatus sebagai janda sekarang menetap di Tangse, kehidupan sehari-hari sebagai petani dan bantuan biaya dari anak-anaknya.

5. Tuanku Raja Ramaluddin,

- Telah meninggal beberapa hari setelah tsunami, almarhum bekerja sebagai anggota TNI bagian medis dengan pangkat terakhir sersan. Perbuatan terpuji beliau yang terakhir karena mengerti dengan masalah medis dengan segala kemampuannya merawat orang-orang bangsa Aceh dalam keadaan luka saat tsunami disekitar beliau, tetapi yang sangat mengharukan adalah beliau langsung meninggal setelah merawat korban tsunami, karena kelelahan berhubung usia juga yang sudah lanjut.

6. Tengku Putri Sariawar,

- Berstatus sebagai janda sekarang beliau hidup dari membantu anaknya disebuah TK di Banda Aceh

7. Tuanku Raja Mansur,

- Beliau meninggal sebelum Tsunami, dialah yang banyak mewarisi sifat Sultan Aceh terakhir seperti beliau dengan susah payah mendirikan yayasan Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah di Kampung Jawa untuk kegiatan pengajian anak-anak yatim disekitar situ dan memperjuangkan dana untuk renovasi rumah putih adat Aceh peninggalan keluarga Sultan yang akhirnya direnovasi oleh pemerintah atas bantuan Wakil Gubenur pada saat itu yaitu Bapak Azwar Abu Bakar. Pada masa konflik karena sifat bijaksananya beliau selalu melakukan mediasi antara GAM dan TNI POLRI dan pemerintah secara informal. Beliau juga sering diajak pemerintah untuk berbicara sosialisasi tentang program pemerintah di desa-desa, serta seorang yang selalu melakukan silaturahmi antara setiap rumah keluarga besar Sultan Aceh.

8. Tuanku Raja Djohan,

- Telah meninggal baru-baru ini tepatnya pada tanggal 27 Januari 2010 dengan tragis karena ditabrak oleh dump truck Hercules yang membawa material proyek daerah lameu ketika baru pulang dari berobat dipukesmas. Almarhum adalah seorang yang tuna rungu karena sesuatu hal pada masa kecil tapi kelebihannya dapat membaca dan sangat disegani dikampungnya yaitu kampung langga Aceh Pidie. Kehidupan sehari-hari beliau dalam memenuhi kebutuhan hidupnya adalah dengan bertani dan memberi doa/rajah untuk obat padi, masyarakat desa masih yakin bahwa beliau punya kelebihan sebagai Keturunan Tuanku. Sampai hari ini belum ada perhatian dari pemda untuk sekedar melayat keturunan Sultan Aceh yang meninggal dengan tragis, beliau meninggalkan seorang istri dan 2 anak perempuan.

9. Tuanku Raja Iskandar,

- ……..?

10. Tengku Putri Sukmawati,

- Berstatus sebagai seorang Janda yang hanya mengandalkan pensiun dari almarhum suaminya yang tidak seberapa dan harus berusaha menghidupi serta menyekolahkan keempat anaknya. Kehidupan beliau sepeninggal suami sangat sulit, tetapi beliau juga mewarisi sifat dari keturunan sultan yaitu tidak pernah terlihat sedih dan selalu ramah pada setiap orang, sehingga walau susah setiap orang yang datang kerumah selalu diberi minum kopi dan makan dengan tidak memandang kasta, karena keramahan beliau orang-orang yang datang baik itu tuna runggu, tidak waras tapi ajaib yang tidak waras tersebut bisa waras dirumahnya. Rezeki yang datang kepada beliau juga tidak terduga dari orang-orang sekitar dan yang datang, sehingga dalam keadaan kesusahan ada saja yang datang membantu.

11. Tuanku Raja Syamsuddin,

- Kehidupannya sangat memprihatinkan, sekarang tinggal dengan istri beliau di Lhokseumawe untk memenuhi kehidupan sehari-hari beliau adalah dengan bertani dan membawa becak dayung dan tidak mempunyai rumah sendiri. Tubuh beliau terlihat kurus karena bekerja sangat keras dan sering sakit-sakitan dan saat beliau sakit istrinya kesana kemari berusaha memenuhi kebutuhan hidup mereka tapi mereka tidak pernah menyerah dan mengemis kepada orang lain maupun pemerintah.

12. Tuanku Raja Muhammad Daud,

- Beliau juga tinggal di Lhokseumawe kehidupan beliau juga sangat sulit dan pedih, untuk kehidupan sehari hanya mengandalkan dari hasil narik becak mesin dan langganan bulanan untuk mengantar jemput anak-anak tetangga ke sekolah tetapi beliau tidak mau mengeluh meskipun beliau cucu dari Sultan Aceh.

13. Tuanku Raja Yusuf,

- Beliau satu-satunya anggota keluarga sultan yang lumayan mapan karena berstus sebagai pegawai negeri.

14. Tuanku Raja Sulaiman,

- Beliau tinggal di lampoh ranup Lamlo Aceh Pidie, untuk kehidupan sehari beliau berjualan minyak bensin dan oli, dengan semangat pantang menyerah beliau dengan usaha tersebut mampu menghidupi anak dan istrinya.

15. Teungku Putri Gambar Gading,

- Baru saja berstatus sebagai seorang janda tapi beliau sudah menjadi pegawai negeri mengikuti jejak abangnya Twk. Raja Yusuf meskipun susah payah dengan segala keterbatasan untuk mendapat gelar sarjana dulu.

16. Tuanku Raja Ishak Badruzzaman.

- Beliau juga tinggal di lampoh ranup Lamlo Aceh Pidie karena keterbatasan dana saat menjadi mahasiswa beliau akhir meninggalkan bangku universitas dan pergi mengaji di pasantren. Saat di pesantren beliau mendapat banyak ilmu agama dan juga ketrampilan, salah satunya adalah dibidang perabotan, akhirnya bidang tersebut menjadi dasar pekerjaan beliau sehingga sekarang punya tempat pembuatan perabot di Lamlo.

Ini seklumit kisah pilu para keturunan Kesultanan Aceh Terakhir yang dilupakan jaman dan bangsa Aceh sendiri. Sangat disayangkan keturunan Tuanku Raja Ibrahim tidak pernah dilibatkan dan kegiatan sosial budaya dan adat istiadat Aceh masa kini, juga dilembaga-lembaga seperti MAA (Majelis Adat Aceh) atau Lembaga Wali Nanggroe yang akan dibentuk nantinya. Padahal kisah dan Adat Istiadat Aceh masih bisa diketahui dari keturunan Sultan Aceh terakhir ini dan akan menjadi asset parawisata bagi pemda di jika pemerintah Aceh bisa menghargai mereka dan membuat suatu tempat atau wadah bagi keluarga Sultan ini.

Sumber :
- sultanacheh.blogspot.com
- cutrisa.blogspot.com

Friday 6 May 2011

Arwah Osama, mengunjungi Obama di dalam mimpi tidur malamnya...

Osama bin Laden jasadnya telah mati, namun arwahnya  tetap hidup.
Adalah Obama sang president Amerika yang menjadikan osama sebagai musuh nomor wahid di jagad raya ini telah didatanginya dalam mimpi oleh arwah Osama.Osama memohon agar tubuhnya yang dibuang kelaut merah, agar dikembalikan ke keluarganya supaya dapat dikubur dengan layak di daratan.Dalam mimpinya juga, Osama meminta Obama untuk syahadat ulang seperti yang pernah di ajarkan oleh almarhum Ayahnya.
Mimpi ini bukan sekali di alaminya, tetapi dalam seminggu bisa 4 malam berturut turut.Bahkan apabila dia terlelap sedetikpun, bayangan Osama langsung hadir dipelupuk matanya...

lalu, bagaimana anda tahu cerita ini?...namanya aja ngayal wkkk




LinkWithin

Related Posts with Thumbnails